Rumah Adat Aceh

Aceh, provinsi yang terletak di ujung utara pulau Sumatera ini memiliki sejuta daya tarik, salah satunya adalah rumah adat.

Rumah adat Aceh biasa disebut dengan Rumah Krong Bade, rumah adat ini berbentuk rumah panggung yang dibagi menjadi 3 bagian utama dan 1 bagian tambahan.

Rumah panggung tersebut biasanya dibangun dengan tinggi 2.5 meter hingga 3 meter di atas permukaan tanah.

Dengan bentuk rumah panggung tersebut, tentu saja rumah ini memiliki tangga di bagian depan rumah untuk akses keluar masuk rumah.

Jumlah anak tangga yang ada di rumah adat Krong Bade ini tidaklah sembarangan, dimana harus berjumlah ganjil antara 7 atau 9 anak tangga.

Ciri Khas

ciri khas rumah adat aceh

Selain berbentuk panggung, rumah adat Krong Bade juga memiliki berbagai ciri khas yang membedakannya dengan rumah adat Indonesia lainnya.

Berikut ini beberapa ciri khas dari rumah adat Aceh yang tidak dimiliki oleh rumah adat lain:

  • Terdapat gentong air yang terletak di bagian depan rumah, fungsi gentong air tersebut yaitu untuk membersihkan kaki sebelum masuk ke dalam rumah.
  • Memiliki tangga dengan jumlah ganjil yang mana bermakna sebagai simbol religius dan kepercayaan masyarakat Aceh.
  • Berbentuk rumah panggung yang berguna untuk melindungi diri dari serangan binatang buas.
  • Rumah Krong Bade berbentuk persegi panjang dari arah Timur ke Barat yang mana juga menandakan kepercayaan religius masyarakat Aceh.
  • Memiliki berbagai motif ukiran, seperti ukiran tulisan arab yang diambil dari Alquran, motif tumbuhan, dan motif hewan. Ukiran ini biasanya tidak diberi warna atau jika diberi warna maka harus warna hitam atau merah. Ukiran tersebut biasanya banyak di temukan di bagian dinding, tangga, kindang, dan lainnya.

Pembagian Ruangan

pembagian ruangan rumah adat krong bade

Seperti yang sudah disinggung di atas, bahwa rumah adat Krong Bade dibagi menjadi 3 bagian utama dan 1 bagian tambahan.

Berikut ini penjelasan tentang pembagian ruangan rumah adat Aceh:

1. Ruang Bawah

ruang bawah

Pada bagian ruang bawah, biasanya digunakan sebagai tempat untuk menyimpan barang pemilik rumah.

Barang tersebut meliputi alat pertanian, alat peternakan, dan barang lainnya.

Selain sebagai tempat penyimpanan barang, ruang bawah ini juga berguna sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen bahkan untuk membuat kain tradisional khas Aceh.

Tidak hanya sampai pada proses pembuatan kain saja, namun setelah kain tradisional khas Aceh tersebut jadi, biasanya kain tersebut akan dijual.

2. Ruang Depan (Seuramoë Keuë)

ruang depan

Ruang depan yang disebut juga dengan Seuramoë Keuë merupakan ruang paling depan yang berguna sebagai tempat untuk menerima tamu.

Selain untuk menerima tamu, ruangan ini juga biasa dijadikan sebagai tempat untuk bersantai, beristirahat, dan belajar.

Di dalam ruang depan ini biasanya terdapat karpet dengan ukuran besar yang memanjang sebagai alasnya.

3. Ruang Tengah (Seuramoë Teungoh)

ruang tengah

Seuramoë Teungoh atau ruang tengah merupakan ruangan inti dari rumah adat Krong Bade.

Ruang tengah ini sangatlah tertutup dan privat, dimana hanya penghuni rumah saja yang boleh memasuki ruang tengah ini.

Ruang tengah juga dibuat berbeda dengan ruang lain, yang mana ketinggian lantainya dibuat lebih tinggi.

Ruang tengah sendiri terdiri dari beberapa kamar tidur keluarga di bagian kanan dan juga kirinya.

Selain itu, ruang tengah ini juga biasa digunakan sebagai kamar pengantin baru dan juga tempat untuk pemandian mayat ketika terdapat anggota keluarga yang meninggal.

4. Ruang Belakang (Seurameo Likot)

ruang belakang

Ruang Belakang atau Seurameo Likot berguna sebagai tempat untuk makan, tempat bercengkrama, dan sebagai dapur.

Ruang belakang memiliki ketinggian lantai yang lebih rendah dan juga tidak memiliki ruang tambahan di sisi kanan maupun kirinya.

Bahan-Bahan Bangunan

Bahan-Bahan Bangunan rumah adat Aceh

Rumah adat Aceh biasanya dibangun dengan menggunakan bahan alami atau bahan tradisional.

Sebagai bahan utama yang nantinya akan dibuat dinding, pondasi, tiang, dan lantai, masyarakat Aceh menggunakan bahan dasar dari kayu atau bambu.

Lalu untuk bagian atapnya, masyarakat Aceh biasanya menggunakan bahan dari rumbia.

Pembangunan Rumah

Pembangunan Rumah Adat Aceh

Bagi masyarakat Aceh, untuk bisa membangun rumah adat Aceh ini bagaikan membangun kehidupan.

Oleh karenanya, untuk membangun rumah adat Krong Bade terdapat beberapa persyaratan dan juga prosesnya memiliki tahapan tertentu.

Proses pembangunan rumah adat tersebut harus dilakukan secara cermat dan juga berlandaskan peraturan masyarakat.

Berikut ini tahapan pembangunan rumah adat Aceh:

1. Musyawarah

Hal pertama yang harus dilakukan adalah musyawarah keluarga.

Setelah mencapai mufakat atau kesepakatan, hasil musyawarah dan perencanaan pembangunan kemudian diserahkan pada Teungku (Ulama) di kampung tersebut.

Tujuannya adalah untuk mendapatkan saran agar rumah tersebut nantinya akan menjadi lebih tenang dan tentram.

Setelah itu, terdapat musyawarah khusus tentang persyaratan yang harus dilakukan.

Persyaratan tersebut biasanya berisi tentang pemilihan hari baik yang ditentukan ileh Ulama atau Teungku, pengadaan kayu pilihan, melakukan kenduri (pesta), dan rangkaian lainnya.

2. Pengadaan Bahan

Setelah mencapai kesepakatan baik dari keluarga dan teungku, selanjutnya yaitu proses pengadaan bahan.

Berbagai bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat rumoh Aceh adalah kayu, bambu (trieng), daun rumbia, dan bahan tambahan lainnya.

Kayu yang digunakan biasanya adalah kayu yang tidak dililit oleh akar dan tidak menyangkut kayu lain saat ditebang.

Pengadaan bahan tersebut biasanya dilakukan secara bergotong royong oleh masyarakat setempat.

3. Pengolahan Bahan

Setelah semua bahan terkempul, proses selanjutnya yaitu mengolah bahan-bahan tersebut.

Jika pembangunan masih lama, maka kayu biasanya akan direndam di dalam air terlebih dahulu.

Hal tersebut bertujuan agar kayu tersebut tidak dimakan oleh rayap.

Saat akan dibangun, baru kayu tersebut dipotong dan dibentuk sesuai dengan kebutuhan.

4. Pendirian Rumah

Setelah semuanya siap, maka pembangunan rumah Aceh akan segera dimulai.

Untuk pembangunan awal rumah adat Aceh biasanya ditandai dengan pembuatan landasan untuk memancangkan kayu.

Kayu pertama yang dipancangkan disebut dengan tiang utama atau tiang raja, kemudian diikuti tiang-tiang lainnya.

Setelah semua tiang tersebut terpasang, kemudian akan dilanjutkan untuk membuat bagian rumah.

Bagian rumah tersebut meliputi lantai rumah dan juga dinding rumah.

Jika sudah selesai, selanjutnya yaitu membuat bagian atas yang diakhiri dengan memasang atap rumah.

Selanjutnya biasanya baru akan ditambahkan ornament tambahan seperti ukiran dan sebagainya.

Fakta Unik

Fakta Unik rumah adat Krong Bade

Salah satu hal yang menjadi daya tarik tersendiri dari rumah adat Aceh adalah adanya berbagai fakta unik yang ada dibalik rumah tersebut.

Berikut ini 5 fakta unik rumah adat Krong Bade yang mungkin kamu belum mengetahuinya.

1. Dibangun Tanpa Menggunakan Paku

Dibangun Tanpa Menggunakan Paku

Fakta unik pertama dari rumah adat Krong Bade adalah dibangun tanpa menggunakan paku.

Hal tersebut bisa terjadi karena memang dalam proses pembuatan rumah adat ini menggunakan material dan bahan yang diambil langsung dari alam.

Lalu untuk menyatukan setiap bahan tersebut, masyarakat aceh biasanya menggunakan tali pengikat yang disebut dengan taloe meuikat.

Tali tersebut dibuat dengan menggunakan rotan, kulit pohon waru, dan tali ijuk.

2. Bangunan Anti Gempa

bangunan anti gempa

Selain dibangun tanpa menggunakan paku, rumah adat Krong Bade juga ternyata didesain anti gempa.

Hal tersebut dikarenakan struktur rumoh Aceh dibangun tanpa paku melainkan menggunakan teknik sambungan pengikat yang jauh lebih fleksibel.

Dengan begitu, rumah adat ini akan jauh lebih aman dari goncangan gempa.

3. Jumlah Anak Tangga Harus Ganjil

jumlah anak tangga harus ganjil

Karena berbentuk rumah panggung, maka pada bagian depan rumah adat Krong Bade ini terdapat tangga untuk akses keluar masuk rumah.

Rumah adat ini pada umumnya memiliki anak tangga dengan jumlah yang ganjil antara tujuh atau sembilan anak tangga.

Hal tersebut memiliki filosofi tersendiri mengenai sifat religius masyarakat Aceh.

4. Ukiran Melambangkan Status Ekonomi

ukiran rumah adat aceh

Salah satu nilai estetika dari rumah adat Krong Bade yaitu ukirannya.

Namun selain indah, ukiran tersebut ternyata juga memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Aceh, khususnya untuk status sosial pemilik rumah tersebut.

Dimana jumlah dan banyaknya ukiran pada rumah tersebut menentukan kemampuan ekonomi dari pemilik rumahnya.

Semakin banyak jumlah ukirannya maka ekonomi sang pemilik rumah semakin baik dan semakin sejahtera.

Ukiran tersebut biasanya berbentuk tulisan arab, tumbuhan, dan juga hewan.

5. Memberikan Hormat Saat Memasuki Rumah

pintu rumah adat krong bade

Fakta unik lain dari rumah adat Krong Bade ini yaitu setiap memasuki rumah harus memberi hormat.

Hal tersebut didukung dengan ukuran pintu rumah yang sengaja dibuat lebih rendah dari rata-rata tinggi manusia, yaitu sekitar 120 cm hingga 150 cm.

Dengan pintu yang rendah tersebut, bertujuan agar setiap tamu harus memberi saleum horeumat pada ahli bait (salam hormat pada pemilik rumah) dengan cara sedikit membungkukkan badan.

Kesimpulan

Rumah adat atau yang memiliki nama rumah adat Krong Bade ini menyimpan berbagai fakta unik, ciri khas, dan filosofi tersendiri.

Rumah yang dibangun tanpa paku dan didesain anti gempa ini pada umumnya memiliki 4 bagian rumah, yang masing-masing bagian memiliki kegunaan yang berbeda.

Photo of author

Ahmad

Pemuda yang senang belajar dan berbagi dengan sesama

Tinggalkan komentar