Pakaian Adat Aceh

Aceh adalah provinsi yang menjadi tempat persinggahan bagi para pedagang dan penyebar agama dari Timur Tengah. Sehingga Aceh memiliki berbagai macam pakaian adat.

Pakaian adat yang dimiliki Aceh pun sangat dipengaruhi dengan kebudayaan melayu dan Islam.

Aceh sering disebut juga sebagai serambi Mekah. Pasalnya gaya busana masyarakat Aceh yang tak lepas dari syariat Islam.

Hal tersebut tentunya dapat menjadikan pakaian adat Aceh menarik dan tidak biasa.

Untuk dapat mengetahui tentang pakaian adat dari Aceh lebih lanjut, silahkan simak artikel berikut ini dengan seksama.

Daftar Pakaian Adat Aceh Pria & Wanita

Daftar Pakaian Adat Aceh Pria & Wanita

Sama seperti pakaian adat provinsi lain, pakaian adat dari Aceh pun memiliki perbedaan antara yang dikenakan pria dan yang dikenakang wanita, bahkan namanya juga berbeda.

Pakaian – pakaian adat dari Aceh ini biasanya digunakan untuk acara – acara penting seperti pernikahan dan acara tertentu.

Pakaian adat dari Aceh juga dapat menunjukkan status sosial seseorang pada jaman dahulu.

Berikut adalah nama pakaian adat yang berasal dari Aceh :

1. Ulee Balang

Pakaian Adat Nanggroe Aceh Darussalam (Ulee Balang)

Nanggroe Aceh Darussalam memiliki pakaian adat yang bernama Ulee Balang.

Ulee balang ini hanya dapat dipakai oleh keluarga raja pada jaman dahulu. Namun, sekarang ulee balang ini menjadi pakaian adat tradisional Aceh.

Ulee balang untuk pria bernama peukayan linto baro sedangkan untuk wanita bernama peukayan daro baro.

Ulee balang ini diadaptasi dari berbagai kebudayaan, seperti Melayu, Arab, dan Tiongkok.

2. Peukayan Linto Baro

Peukayan Linto Baro

Peukayan Linto Baro merupakan salah satu pakaian adat yang digunakan khusus oleh laki – laki.

Pakaian adat ini mulanya digunakan untuk menghadiri upacara adat dan kegiatan pemerintahan pada zaman kerajaan Islam yaitu Samudera Pasai dan Perlak.

Pakaian adat untuk laki – laki ini biasanya berwarna hitam. Karena warna hitam adalah lambang dari kebesaran. Dan hal tersebut dipercaya oleh masyarakat Aceh secara turun – temurun.

Peukayan Linto Baro terdiri dari 3 bagian penting yang tidak dapat terpisahkan satu dnegan yang lainnya.

Tiga bagian penting tersebut adalah meukasah atau baju atasan, sileuweu atau celana panjang, dan meukeutop atau penutup kepala.

Tidak lupa juga para laki – laki menggunakan rencong atau senjata tradisional khas Aceh sebagai pelengkap pakaian adat tersebut.

Peukayan linto baro ini menggunakan ciri yang sangat islami.

3. Meukasah

Meukasah

Meukasah adalah baju atasan dari peukayan linto baro yang ditenun menggunakan benang sutra. Warna dari meukasah ini biasanya adalah hitam.

Meukasah ini tertutup pada bagian kerah dan terdapat sulaman yang dijahit menggunakan benang emas.

Hal tersebut terjadi karena meukasah merupakan perpaduan antara budaya Aceh dan China yang dibawa oleh para pedagang yang melintas di wilayah Aceh.

4. Sileuweu

Sileuweu

Sileuweu atau cekak musang adalah celana dari peukayan linto baro yang terbuat dari kain katun.

Kain katun tersebut juga berwarna hitam dan ditenun dengan design melebar pada bagian bawahnya.

Pada bagian bawah tersebut diberi hiasan sulaman yang terbuat dari benang emas dengan pola yang indah.

Hiasan sulaman dari benang emas ini bertujuan untuk menserasikan antara baju atasan dengan celana ini.

Penggunaan sileuweu ini disertai dengan kain sarung songket yang dibuat dari sutra.

Kain songket juga biasa disebut dengan Ija Sangket, Ija Krong, dan Ija Lamgugap yang memiliki panjang di atas lutut.

Cara pemakaian dari kain songket ini adalah dengan cara diikatkan melingkar di pinggang laki – laki.

5. Meukeutop

Meukeutop

Meukotop adalah penutup kepala yang digunakan untuk melengkapi peukayan linto baro.

Penutup kepala ini berupa kopyah yang memiliki bentuk lonjong ke atas yang dihiasi dengan lilitan yang di sebut dengan tengkulok.

Tengkulok adalah kain tenun sutra yang dilengkapi dengan bentuk bintang persegi delapan yang terbuat dari emas maupun kuningan.

Meukotop juga termasuk bukti kuatnya pengaruh Islam yang berasimilasi dalam kebudayaan masyarakat Aceh.

6. Rencong

Rencong

Rencong atau siwah adalah senjata tradisional khas dari Aceh yang digunakan sebagai hiasan dari peukayan linto baro.

Rencong ini diselipkan di bagian pinggang laki – laki. Hal ini dapat menambah kegagahan dari pemakainya.

Rencong merupakan belati yang berbentuk seperti huruf L dan memiliki kepala yang terbuat dari emas atau perak yang dihiasi dengan permata.

Pada jaman dulu rencong yang memiliki hiasan tersebut biasanya digunakan oleh para sultan dan pembesar.

Sementara rencong yang tidak memiliki hiasan dan terbuat dari tanduk hewan biasanya digunakan oleh para rakyat.

Mata belati rencong terbuat dari besi berwarna putih atau kuningan yang diasah dengan tajam.

7. Peukayan Daro Baro

Peukayan Daro Baro

Peukayan Daro Baro merupakan salah satu pakaian adat yang digunakan khusus oleh wanita.

Warna dari pakaian adat untuk wanita ini lebih cerah dibandingkan dengan warna pakaian adat untuk laki – laki.

Biasanya peukayan daro baro berwarna merah, kuning, hijau, dan ungu.

Selain warna yang lebih cerah, pakaian adat untuk wanita ini juga lebih banyak terdapat hiasan yang dapat melengkapi dan mempercantik tampilannya.

Seperti peukayan linto baro, peukayan daro baro juga terdiri dari 3 bagian penting yang tidak dapat terpisahkan satu dnegan yang lainnya.

Tiga bagian penting tersebut adalah baju kurung atau baju atasan, celana cekak musang atau celana panjang, dan patam dhoe atau mahkota.

Tidak lupa juga para wanita menggunakan berbagai macam perhiasan sebagai pelengkap pakaian adat tersebut.

Peukayan daro baro ini juga masih menggunakan ciri yang sangat islami.

8. Baju Kurung

Baju Kurung

Baju kurung adalah baju atasan dari peukayan daro baro yang terbuat dari benang sutra yang ditenun.

Baju kurung ini berbentuk longgar yang menutupi bagian pinggul dengan lengan yang panjang. Hal ini dapat menutupi lekuk tubuh wanita yang merupakan aurat.

Jika dilihat dari bentuknya tersebut baju kurung ini merupakan gabungan dari kebudayaan Arab, China, dan Melayu.

Baju kurung ini juga memiliki kerah pada bagian leher dan di bagian depannya terdapat boh dokma.

Dibagian pinggang wanita juga dililitkan kain songket khas Aceh atau yang biasa disebut dengan Ija Krong Sungket.

Cara penggunaan ija krong sungket adalah dengan cara diikat menggunakan tali pinggang yang dibuat dari emas maupun perak.

Tali pinggang tersebut dikenal dengan nama taloe ki ieng patah sikureueng yang memiliki arti tali pinggang patah sembilan.

Ija krong sungket ini dapat menutupi pinggul dan juga menutupi baju bagian bawah.

9. Celana Cekak Musang

Celana Cekak Musang

Celana cekak musang adalah celana dari peukayan daro baro yang terbuat dari kain katun.

Kain katun tersebut memiliki warna yang selaras dengan warna baju kurung dan juga ditenun dengan design melebar pada bagian bawahnya.

Pada bagian bawah tersebut diberi hiasan sulaman yang terbuat dari benang emas dengan pola yang indah pula.

Penggunaan celana cekak musang ini disertai dengan kain sarung songket yang dibuat dari sutra dan menjuntai sampai ke lutut.

Cara pemakaian dari kain songket ini adalah dengan cara diikatkan melingkar di pinggang wanita.

10. Perhiasan

Perhiasan

Perhiasan yang digunakan sebagai pelengkap dari peukayan daro baro sangatlah beraneka ragam, diantaranya adalah sebagai berikut ini :

  • Patam Dhoe

Patam Dhoe adalah mahkota yang digunakan untuk melengkapi peukayan daro baro.

Mahkota ini terbuat dari emas dengan bagian kanan dan kirinya dihiasi oleh motif pepohonan, daun, dan bunga.

Pada bagian tengah mahkota ini diukir dengan berbagai motif khas Aceh. Biasanya motir dari ukiran tersebut adalah motif daun sulur atau kaligrafi bertuliskan Allah dan Muhammad menggunakan huruf arab.

Motif tersebut biasa disebut dengan bungong kalimah yang dikelilingi oleh bunga – bunga dan bulatan – bulatan.

Hal tersebut memiliki arti bahwa wanita tersebut telah menikah dan menjadi tanggung jawab sang suami.

Tengkulok adalah kain tenun sutra yang dilengkapi dengan bentuk bintang persegi delapan yang terbuat dari emas maupun kuningan.

Meukotop juga termasuk bukti kuatnya pengaruh Islam yang berasimilasi dalam kebudayaan masyarakat Aceh.

  • Subang

Subang adalah anting – anting yang digunakan para wanita Aceh untuk melengkapi dan mempercantik penampilannya.

Anting – anting ini terbuat dari emas dengan motif bulatan kecil atau boh eungkot. Hiasan pada bagian bawahnya berbentuk rumbai untuk memperindah tampilannya.

Selain itu terdapat juga subang bungong mata uroe atau anting yang berbentuk seperti bunga matahari.

  • Taloe Tokoe Bieng Meuih

Taloe Tokoe Bieng Meuih adalah kalung yang juga merupakan pelengkap dari peukayan daro baro.

Kalung ini terbuat dari bahan emas yang memiliki enam buah keping bentuk hati dan satu buah keping berbentuk mirip kepiting.

Ada pula kalung yang terbuat dari emas bermotif daun sirih dan juga kalung azimat yang memiliki manik – manik bermotif boh bili.

  • Ikay

Ikay adalah gelang tangan yang juga digunakan sebagai pelengkap dari peukayan daro baro.

  • Gleuang Goki

Gleuang Goki adalah gelang kaki yang juga digunakan sebagai pelengkap dari peukayan daro baro.

  • Euncien Pinto Aceh

Dan perhiasan yang terakhir yang digunakan untuk melengkapi peukayan daro baro adalah Euncien Pinto Aceh atau cincin khas Aceh yang biasanya terbuat dari emas kuning maupun emas putih.

11. Ineun Mayok

Ineun Mayok

Ineun Mayok adalah pakaian adat yang berasal dari Aceh tenggara yang terbuat dari kayu nanit yang dikombinasikan dengan bahan lain seperti kapas dan yang lainnya.

Pakaian adat ini biasanya digunakan oleh pengantin wanita yang terdiri dari baju, kain sarung, pawak, dan ikat pinggang ketawak.

Pemakaian ineun mayok juga biasanya dilengkapi dengan berbagai macam perhiasan, seperti mahkota sunting, sanggul sempong, gempang, cemara, lelayang yang menggantung di bawah sanggul.

Selain itu ada terdapat juga perhiasan ilung – ilung, anting – anting subang gener dan subang ilang yang diletakkan di sekitaran kepala.

Terdapat juga kalung tanggang yang terbuat dari perak dan juga uang perak tanggang ringgit dan juga tanggang birah-mani.

Pada bagian lengannya dihiasai dengan gelang, diantaranya adalah gelang giok, gelang puntu, gelang bullet, gelang ikel.

Pada bagian jarinya menggunakan cincin semsil belah keramil, semsin genta, semsin paku, dan beberapa jenis semsin lainnya.

Pada bagian pinggang menggunakan ikat pinggang dari rantai genti ranta. Dan pada bagian kaki juga menggunakan gelang kaki.

Terdapat juga unsur pada pakaian lainnya yang sangat penting adalah ulen – ulen selendang dengan ukuran yang relatif lebar.

Keunikan Pakaian Adat Aceh

Keunikan Pakaian Adat Aceh

Pakaian adat Aceh memang memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri jika dibandingkan dengan pakaian adat lainnya.

Kaunikan dari pakaian adat Aceh adalah sebagai berikut ini :

  1. Terdapat unsur islami pada pakaian adat Aceh.
  2. Pakaian adat Aceh mirip dengan pakaian Arab dan Melayu.
  3. Hanya digunakan pada saat acara resmi, seperti pernikahan, upacara adat, acara tarian adat Aceh, dan lain sebagainya.

Kesimpulan

Pakaian adat Aceh memang banyak memiliki keunikan serta ciri khas yang berbeda dibandingkan dengan pakaian adat di daerah lain.

Meskipun pada dasarnya daerah lain juga memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, namun tetap saja pakaian adat Aceh tetap menjadi salah satu baju terunik.

Photo of author

Ahmad

Pemuda yang senang belajar dan berbagi dengan sesama

Tinggalkan komentar